Lewati ke konten utama
Bosch di Indonesia

Bosch meyakini AIoT, elektrifikasi, dan hidrogen hijau adalah arah masa depan

Laporan finansial 2020: berjalan lebih baik daripada perkiraan

Bosch Laporan finansial 2020
  • Denner, CEO Bosch: “Bosch berhasil melewati tahun pertama pandemi dengan baik.”
  • Dalam powertrain, elektromobilitas adalah bisnis inti di masa depan
  • Asenkerschbaumer, CFO Bosch: “Melihat performa bisnis kuartal pertama yang baik, Bosch mengawali 2021 dengan sukses.”
  • AIoT: target penjualan 8 juta perangkat yang mendukung konektivitas untuk rumah
Business year 2020

Renningen dan Stuttgart, Jerman – Bosch, penyedia layanan dan teknologi global terkemuka, menggabungkan konektivitas (Internet of Things/IoT) dengan kecerdasan buatan (Artificial Intellegence/AI), dan yakin bahwa elektromobilitas akan memberikan peluang bisnis baru di balik perubahan teknologi dan ekologi saat ini. “Bosch berhasil melewati tahun pertama pandemi dengan baik,” ujar Dr. Volkmar Denner, ketua dewan manajemen Robert Bosch GmbH, saat menyampaikan laporan tahunan perusahaan 2020 di konferensi pers. “Kami merupakan salah satu pemimpin dalam transisi ke elektromobilitas, dan kami sedang mengembangkan bisnis perangkat lunak menggunakan AI.”

Dalam teknologi powertrain, elektromobilitas merupakan bisnis inti Bosch. Denner melaporkan bahwa saat ini perusahaan melakukan investasi awal yang besar pada bidang ini—senilai 700 juta euro (12,258 miliar rupiah) hanya untuk tahun 2021. Hingga saat ini, investasi Bosch pada elektromobilitas berjumlah 5 miliar euro (87,56 triliun rupiah). Pendapatan penjualan Bosch dari komponen powertrain listrik saat ini tumbuh dua kali lebih cepat dari pasar, yaitu hampir 40 persen. Tujuannya adalah meningkatkan penjualan tahunan lima kali lipat, menjadi sekitar lima miliar euro pada 2025 dan mencapai titik impas satu tahun sebelumnya. “Elektromobilitas sudah bukan sebatas taruhan untuk masa depan lagi. Investasi awal kami sudah mulai membuahkan hasil,” kata CEO Bosch pada konferensi pers daring. Secara keseluruhan, Bosch memperoleh permintaan senilai lebih dari 20 miliar euro (350,2 triliun rupiah) pada akhir 2020.

Pada tiga bulan pertama tahun ini, penjualan Bosch Group naik 17,0 persen secara year on year. “Melihat performa bisnis kuartal pertama yang bagus, Bosch mengawali 2021 dengan sukses,” kata Prof. Stefan Asenkerschbaumer, CFO dan wakil ketua dewan manajemen Bosch. Ia menyatakan keyakinannya untuk 2021, tetapi juga memperkirakan tahun ini akan tetap penuh tantangan. Untuk periode pelaporan saat ini, penjualan diperkirakan meningkat hingga 6 persen year on year, sedangkan margin dari operasional ditetapkan sedikit meningkat hingga sekitar 3 persen—atau sekitar 4 persen tanpa biaya restrukturisasi. Namun, ini tergantung pada efek terhambatnya produksi semikonduktor yang sulit untuk dinilai. “Tahun 2021 akan menjadi tonggak yang penting dalam perjalanan kami mendapatkan kembali target margin sekitar 7 persen dalam dua atau tiga tahun ke depan,” kata Asenkerschbaumer. Tahun fiskal 2021 yang baik—terlepas dari adanya pandemi—dengan hasil operasional (EBIT dari operasional disesuaikan dengan efek alokasi harga beli untuk Automotive Steering and BSH Hausgeräte) sebesar 2 miliar euro (35,024 triliun rupiah) memberi pijakan yang kuat bagi Bosch untuk terus berinvestasi pada berbagai bidang yang krusial di masa depan. Dengan nilai penjualan sebesar 71,5 miliar euro (1.252,1 triliun rupiah), belanja penelitan dan pengembangan pada dasarnya tidak mengalami perubahan, yaitu sebesar 5,9 miliar euro (103,32 miliar rupiah), dan margin EBIT dari operasional mencapai 2,8 persen. Setelah disesuaikan dengan biaya restrukturisasi, yang menambah beban pada hasil pada 2020, angkanya menjadi 4,7 persen.

Megatren konektivitas: pelanggan menjadi bagian integral dari pengembangan

Bosch memanfaatkan keunggulan kompetitif dari kekayaan pengalamannya dalam menggabungkan konektivitas (Internet of Things/IoT) dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk menciptakan bisnis masa depan dan menjadi perusahaan AIoT (Artificial Intelligence and Internet of Things) terkemuka. Bosch memperkirakan produk-produk yang mendukung AI akan mendatangkan penjualan miliaran euro dalam beberapa tahun ke depan. Penjualan perangkat yang mendukung konektivitas untuk rumah diperkirakan akan berlipat ganda: dari empat juta tahun lalu menjadi sekitar delapan juta unit pada 2021. Bosch juga ingin menggunakan AI untuk mengevaluasi data yang berkaitan dengan cara pelanggan menggunakan produknya, dan dengan demikian menyediakan pembaruan perangkat lunak dengan fungsi dan layanan baru bagi pelanggannya. “Menghubungkan berbagai perangkat meningkatkan kemampuan kami akan penggunaan konektivitas,” kata Denner. “Kami jadi dapat terus meningkatkan kualitas produk-produk kami, membuatnya tetap mutakhir, dan memberikan lebih banyak manfaat kepada pelanggan kami.” Di bidang video keamanan, misalnya, analisis video berdasarkan jaringan saraf membuka peluang baru. Untuk itu, Bosch mengintegrasikan detektor ke dalam kamera dan ke dalam kotak AI yang dapat dihubungkan ke perangkat yang sudah terpasang. Aplikasi pertama adalah detektor lalu lintas yang dapat mendeteksi dan menemukan kendaraan secara tepat dalam situasi lalu lintas yang ramai, bahkan dalam kondisi pencahayaan yang minim. Menurut perusahaan, semakin banyak data yang masuk ke aplikasi pelanggan, semakin banyak yang dapat dilakukan oleh AI, termasuk mendeteksi kecelakaan secara akurat.

Megatren elektrifikasi: peluang baru di beberapa bidang bisnis

Upaya global untuk memerangi perubahan iklim adalah dengan mendorong elektrifikasi dan penggunaan hidrogen hijau. Denner yakin elektrifikasi membuka peluang baru di beberapa bidang bisnis: “Elektrifikasi menjadi solusi tidak hanya untuk mobil listrik, tetapi juga untuk pemanas listrik di gedung.” Pendorong utama perubahan pada elektromobilitas adalah penurunan biaya baterai dan standar emisi yang dirancang untuk memenuhi target aksi iklim. Pada teknologi bangunan, terutama pemanas dan pendingin udara, penggunaan pompa panas dan energi terbarukan memainkan peran yang semakin besar.

Pada sistem pemanas, misalnya, Bosch tumbuh jauh lebih cepat daripada pasar dengan solusi berbasis listrik. Penjualan pemanas tumbuh lebih dari 20 persen pada 2020; Denner mengharapkan angka tersebut meningkat hingga tiga kali lipat pada 2025. Perusahaan juga mengantisipasi perbaikan bangunan tempat tinggal di bawah naungan European Green Deal akan memberikan stimulus yang kuat untuk pertumbuhan. Berdasarkan ini, Bosch ingin memanfaatkan “pengaruh investasi, kemampuan produksi skala besar, dan keahlian komersialisasi” perusahaan. Contohnya penjualan pemanas udara-ke-air Bosch yang sangat efisien dan senyap, meningkat hampir dua kali lipat pada 2020 di Jerman.

Megatren hidrogen: pasar sel bahan bakar bernilai miliaran

Bosch juga sedang fokus pada pertumbuhan pasar untuk megatren hidrogen: perusahaan yakin pasar hidrogen hijau di UE akan bernilai hampir 40 miliar euro (700,4 triliun rupiah) pada 2030—dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 65 persen. Sel bahan bakar mengubah hidrogen menjadi listrik, dan Bosch sedang mengembangkan solusi sel bahan bakar diam maupun bergerak. Bosch berencana menginvestasikan 1 miliar euro (17,512 triliun rupiah) pada teknologi sel bahan bakar dari 2021 hingga 2024. “Bosch sudah siap untuk H2,” kata Denner. Rencananya, 100 pabrik sel bahan bakar stasioner akan beroperasi tahun ini. Pabrik-pabrik tersebut akan memasok listrik ke pengguna seperti pusat data, pabrik industri, dan kawasan pemukiman. Pabrik sel bahan bakar oksida padat stasioner yang terletak di pusat Bamberg, Jerman, mulai beroperasi pada akhir Maret 2021 bersama dengan Stadtwerke Bamberg, fasilitas umum kota.

Bosch memperkirakan pasar untuk komponen sel bahan bakar bergerak akan bernilai sekitar 18 euro (315,2 triliun rupiah) pada akhir dekade ini. Dalam hal ini, Denner yakin Bosch berada di posisi yang baik: “Kami juga memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi pemimpin di pasar ini.” Baru-baru ini, Bosch mengadakan usaha patungan dengan perusahaan Tiongkok Qingling Motor Group untuk memproduksi powertrain sel bahan bakar. Armada uji yang terdiri dari 70 truk direncanakan berada di jalan raya sebelum akhir tahun ini.

CEO DEnner

Prospek untuk 2021: meski yakin, tahun ini akan tetap penuh tantangan

Bosch memperkirakan ekonomi global tumbuh di bawah 4 persen tahun ini, setelah tahun lalu mengalami kontraksi sekitar 3,8 persen. “Meskipun kami telah mengawali 2021 dengan percaya diri, pandemi masih menyimpan risiko yang signifikan,” kata Asenkerschbaumer. CFO Bosch ini menambahkan bahwa Bosch sangat menyadari terhambatnya pasar di sektor otomotif, terutama untuk semikonduktor, yang banyak diminati. Perusahaan melakukan segala upaya untuk mendukung pelanggannya dalam situasi yang mencemaskan ini. Namun, kemungkinan belum akan ada perbaikan dalam jangka pendek. Situasi tersebut juga dapat mempengaruhi perkembangan bisnis selama tahun ini. Dalam jangka panjang, Asenkerschbaumer percaya perlunya menjaga seluruh rantai pasokan di industri otomotif agar tidak terlalu rentan terhadap gangguan. Selain itu, menyelaraskan bisnis mobilitas perusahaan dengan bidang-bidang penting di masa depan seperti elektromobilitas, pengemudian otomatis, dan arsitektur elektronik membutuhkan investasi awal yang sangat besar. “Dalam transformasi yang besar ini, 2021 akan menjadi tahun yang sangat penting sekaligus menantang bagi kami.”

Tahun bisnis 2020: pandemi virus corona teratasi

Pada 2020, penjualan Bosch Group mencapai 71,5 miliar euro (1.252,1 triliun rupiah). Akibat pandemi, penjualan turun sebesar 6,4 persen dari tahun sebelumnya (4,3 persen setelah disesuaikan dengan efek nilai tukar). Perusahaan memperoleh laba sebelum bunga dan pajak (EBIT dari operasional, disesuaikan dengan efek alokasi harga beli untuk Automotive Steering dan BSH Hausgeräte) sebesar 2 miliar euro (35,024 triliun rupiah). Margin EBIT dari operasional mencapai 2,8 persen. Penjualan tahun ini di Asia Pasifik dan kawasan lain, pemulihan pasar yang awal dan kuat di Tiongkok melindungi dampak pandemi virus corona. Dengan nilai penjualan sebesar 21,7 miliar euro (380 triliun rupiah), keseluruhan penjualan menurun sedikit, yaitu 2,6 persen year on year, atau hanya 0,7 persen setelah disesuaikan dengan efek nilai tukar.

“Peningkatan penjualan pada paruh kedua tahun ini, ditambah penghematan biaya yang signifikan, membantu meredam dampak pandemi,” kata Asenkerschbaumer. Rasio ekuitas tetap berada di level tinggi, yaitu 44 persen, sementara arus kas bebas mencapai rekor level 5,1 miliar euro. CFO Bosch ini melihat perusahaan dalam situasi likuiditas yang memuaskan: “Bosch terus menikmati struktur keuangan yang sehat sehingga dapat fokus pada bidang-bidang yang penting di masa depan.”

Tahun bisnis 2020: pengembangan berdasarkan sektor bisnis

Diversifikasi luas Bosch Group sekali lagi terlihat sebagai langkah yang tepat pada 2020, dengan menyeimbangkan perkembangan bisnis yang berbeda. Pada sektor bisnis Mobility Solutions, penjualan mengalami perkembangan yang lebih baik daripada pasar. Dengan nilai penjualan sebesar 42,1 miliar euro (737,2 triliun rupiah), penjualan turun 10 persen year on year. Namun, produksi otomotif dunia turun 16 persen dibandingkan periode yang sama. Setelah disesuaikan dengan efek nilai tukar, penurunan penjualan sebesar 8,2 persen. Margin EBIT dari operasional minus 1,3 persen, dan pemfokusan ulang bisnis juga terkena dampak. Pada sektor bisnis Industrial Technology, penjualan mencapai 5,1 miliar euro (89,3 triliun rupiah). Dengan kondisi pasar yang sudah merosot sejak sebelum pandemi, penjualan turun 17 persen atau 15 persen setelah disesuaikan dengan efek nilai tukar. Pada 4,7 persen, margin EBIT lebih rendah dari tahun sebelumnya. Pada sektor bisnis Consumer Goods, permintaan terhadap peralatan rumah tangga dan perkakas listrik meningkat signifikan selama pandemi. Penjualan tumbuh 5,1 persen, yaitu menjadi 18,7 miliar euro (327,4 triliun rupiah). Setelah disesuaikan dengan efek nilai tukar, pertumbuhan penjualan sebesar 8,4 persen. Margin dari operasional memiliki angka luar biasa sebesar 11,5 persen. Penjualan di sektor bisnis Energy and Building Technology turun 2,7 persen, atau 0,8 persen setelah disesuaikan dengan efek nilai tukar. Margin EBIT adalah 4,6 persen, dari penjualan senilai 5,5 miliar euro (96,3 triliun rupiah).

Karyawan: perubahan juga menawarkan peluang

Denner mengakui bahwa di satu sisi, transformasi Bosch akan berdampak pada pekerjaan. Tetapi, ia menambahkan bahwa transformasi ini juga akan membuka prospek baru bagi karyawan di sisi lain. Di pabrik-pabrik intinya, Bosch mengambil keterampilan dari pengembangan dan produksi sistem bensin dan diesel dan menerapkannya pada teknologi baru seperti sel bahan bakar. “Kami telah mengisi lebih dari setengah pekerjaan yang terkait dengan elektromobilitas dengan karyawan dari bisnis mesin pembakaran,” kata CEO Bosch. Selain itu, perusahaan juga telah membuat platform penempatan di seluruh perusahaan agar para spesialis dapat dengan cepat menempati posisi di bidang-bidang yang penting di masa depan. Bosch juga membuat kemajuan pada program kualifikasi digitalnya: sejak awal 2020, portal pembelajaran internal perusahaan telah diakses lebih dari 400.000 kali. Pada 2020, lebih dari satu dari tiga sesi pelatihan diadakan secara daring; pada 2023, angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi satu dari dua.

Per 31 Desember 2020, Bosch Group mempekerjakan sekitar 395.000 karyawan di seluruh dunia. Jumlah itu berkurang sekitar 3.100 orang dibandingkan tahun sebelumnya—menurun sekitar 1 persen. Penurunan jumlah karyawan terjadi terutama di Asia Pasifik. Di Jerman, jumlah karyawan sebagian besar tidak berubah, yaitu sebanyak 131.800. Di seluruh dunia, jumlah peneliti dan insinyur meningkat sekitar 600, yaitu menjadi sekitar 73.200 orang. Jumlah pengembang perangkat lunak juga tumbuh lebih dari 10 persen menjadi sekitar 34.000 orang.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:

Shinta Maryke

Manager, Corporate Communications & Brand Management Bosch di Indonesia

Berita